Laman

Kamis, 23 September 2010

Istilah Penting di Embriologi Tumbuhan

Gametofit
Gametofit yaitu generasi tumbuhan yang menghasilkan gamet (fase seksual). Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium. Protalium adalah semacam tumbuhan baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Protalium tersebut biasanya berukuran kecil atau beberapa sentimeter dan tidak berumur panjang (hanya beberapa minggu saja). Artinya, generasi gametofit tidak berlangsung lama seperti halnya pada tumbuhan lumut. Pada lumut fase gametofit berlangsung lama Fase dominan dari lumut adalah fase gametofit, (atau yang biasa kelihatan sebagai daunnya) dimana berlangsungnya pembentukan gamet (sel - sel kelamin) yaitu anteridum (jantan) dan arkegonium (betina). Jika kedua sel kelamin ini bertemu kemudian akan terjadi zigot yang akan tumbuh menjadi embrio. Embrio ini akan berkembang menjadi sporogonium yang kemudian akan menghasilkan spora. Jika spora jatuh di tempat yang cocok, maka spora akan tumbuh menjadi protonema. Dari protonema inilah akan tumbuh tumbuhan lumut.

Sporofit
Generasi sporofit merupakan tumbuhan penghasil Spora, yakni berupa tumbuhan paku itu. sendiri. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut menyebar diterbangkan angin. Spora yang jatuh di tempat sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yakni berupa protalium.
Mengingat generasi sporofit merupakan tumbuhan paku ini sendiri yang dapat tumbuh, bertunas, dan berkembang biak maka sudah jelas bagi kita bahwa generasi sporofit lebih dominan daripada generasi gametofit.

Makrospora
Spora haploid yang lebih besar yang di hasilkan tumbuhan berpembuluh, biasanya dianggap sebagai spora betina.

Mikrospora
Spora haploid yang berukuran lebih kecil yang biasanya dianggap jantan serta dibentuk melalui proses miosis pada jenis-jenis tumbuhan yang bersifat heterospora, pada tumbuhan biji biasanya serbuk sari. Satu dari empat sel yang dihasilkan mikrosporofit secara mitosis. Suatu spora yang mempunyai sifat yang dapat menimbulkan gametofit yang hanya menghasilkan gamet-gamet jantan.

Embrio
Embrio (bahasa Yunani: έμβρυον) adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan. Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari proses ini disebut embrio.
Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio terjadi melalui tahapan yang dikenal sebagai blastula, gastrula, dan organogenesis.
Pada tumbuhan, istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang terbentuk dalam biji yang berada dalam keadaan dormansi, menunggu kondisi lingkungan yang tepat untuk berkecambah.

Endosperm
Endosperma, dalam botani, adalah bagian dari biji tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain embrio. Endosperma dapat dikatakan sebagai "saudara kembar" embrio karena selalu terbentuk bersama namun, berbeda dengan embrio yang diploid, endosperma adalah triploid.
Endosperma dapat dilihat dengan jelas pada biji-bijian tertentu, seperti padi, jagung, apokat, serta jarak. Fungsinya yang paling utama adalah sebagai penyedia cadangan energi bagi embrio dalam proses perkecambahan. Karena itu, protein penyusunnya adalah albumin, protein yang larut dalam air. Karena fungsinya ini, pada endosperma seringkali terkandung karbohidrat dan lemak. Walaupun demikian, endosperma tidak selalu ditemukan pada biji-biji yang masak. Pada suku kacang-kacangan (Fabaceae) serta sawi-sawian (Brassicaceae) misalnya endosperma tidak ditemukan karena menyusut (rudimenter) dalam perkembangan biji.

Apomiksis
Apomiksis adalah suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuhan melalui biji. Pada apomiksis, kecambah(-kecambah) muncul dari biji tetapi bukan berasal dari embrio (lembaga), melainkan dari jaringan maternal (asal tetua betina). Akibatnya, secara genetik tumbuhan-tumbuhan baru yang muncul adalah identik dengan tetua betinanya (klon). Walaupun demikian, sekarang ditemukan kasus "apomiksis jantan" yang terjadi pada sejenis sipres (Cupressus dupreziana). Kasus apomiksis banyak terjadi pada tumbuhan tropika. Beberapa varietas manggis dan kerabatnya (marga Garcinia) dapat memperbanyak hanya melalui apomiksis. Contoh tumbuhan lain yang diketahui memiliki perilaku ini adalah berbagai jenis jeruk dan duku.

Ovarium, Kantung Embrio dan Ovulum
Gametofit betina adalah struktur mengandung telur yang di sebut Kantung Embrio. Kantung embrio berkembang didalam struktur yang bernama ovulum (bakal biji). Yang terbungkus oleh ovairum (bagian pangkal putik).
Ovarium pada tumbuhan, juga disebut bakal buah, adalah bagian dari organ kelamin betina yang dimiliki bunga yang membungkus dan melindungi bakal(-bakal) biji.
Pada Angiospermae di dalam ovarium terdapat 1, 2 atau lebih ovulum. Tiap ovulum terdiri dari nuselus, integumen, kalaza, dan funikulus. Nuselus dilindungi oleh satu atau dua integumen. Pada waktu biji dewasa, integumen menyusun kulit biji. Pada awal perkembangannya pada plasenta terdapat inisial yang disebut jaringan arkesporium. Sel ini akan membelah ke arah luar menghasilkan sel parietal, yang nantinya menjadi integumen dan ke arah dalam menghasilkan sel sporogen yang akan membentuk sel induk megaspora. Sel induk megaspora melalui pembelahan meiosis menghasilkan tetrad linier megaspora, di bagian atas mengalami degenerasi dan hanya satu inti megaspora yang berfungsi. Pada tipe normal, inti sel megaspora yang berfungsi di dalam kantong embrio membelah secara mitosis tiga kali berturut-turut menghasilkan delapan inti, yang akan terdiferensiasi menjadi sel sentral yang besar dengan dua inti kutub, di bagian mikropil dua sel sinergid dan satu sel telur serta di bagian kalaza tiga sel antipoda. Berdasarkan jumlah inti megaspora yang berfungsi, gametofit betina dapat bertipe monosporik, bisporik atau tetrasporik.

Sel induk mikrospora
Sel induk mikrospora adalah sel khusus yang menjadi asal dari mikrospora, sel induk mikrospora adalah sel diploid yang membelah mebentuk 4 mikrospora yang haploid. Pembentukan mikrospora terjadi di anteridium.

Sel induk makrospora
Sel diploid yang dengan proses miosis menghasilkan megaspora biasanya hanya satu yang terus berkembang dan sisanya berguguran

Mikrosporangium dan mikrosporogenesis
Mikrosporangium merupakan tempat berlangsungnya proses perkembangan gametofit jantan. Pada tumbuhan Angiospermae umumnya mempunyai empat mikrosporangia (tetrasporangiat). Pada waktu kepala sari masih muda tersusun oleh jaringan parenkimatis yang homogen. Pada keempat sisi akan terbetuk jaringan arkesporium, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan sel-sel di sekitarnya. Jaringan arkesporium membelah menghasilkan sel sporogen di bagian dalam, yang nantinya akan menjadi sel induk mikrospora. Di bagian luar menghasilkan sel parietal yang nantinya membentuk 2-5 lapisan, merupakan dinding kepala sari. Dinding kepala sari dari arah luar ke dalam tersusun atas epidermis, endotesium, lapisan tengah, dan tapetum. Mikrospora (serbuk sari) yang merupakan hasil pembelahan meiosis dari sel induk mikrospora, akan mengalami perkembangan lebih lanjut. Inti mikrospora, menghasilkan dua inti yang berbeda ukuran, yaitu inti vegetatif dan inti generatif. Inti generatif akan membelah lagi dan menghasilkan dua sel sperma. Pembelahan inti generatif dapat terjadi di dalam serbuk sari atau di dalam buluh serbuk sari.

Megasporangium dan Megasporogenesis
Pada Kegiatan Belajar 2 ini, Anda telah mempelajari proses perkembangan gametofit betina yang terjadi di dalam ovulum (bakal biji). Pada Angiospermae di dalam ovarium terdapat 1, 2 atau lebih ovulum. Tiap ovulum terdiri dari nuselus, integumen, kalaza, dan funikulus. Nuselus dilindungi oleh satu atau dua integumen. Pada waktu biji dewasa, integumen menyusun kulit biji. Pada awal perkembangannya pada plasenta terdapat inisial yang disebut jaringan arkesporium. Sel ini akan membelah ke arah luar menghasilkan sel parietal, yang nantinya menjadi integumen dan ke arah dalam menghasilkan sel sporogen yang akan membentuk sel induk megaspora. Sel induk megaspora melalui pembelahan meiosis menghasilkan tetrad linier megaspora, di bagian atas mengalami degenerasi dan hanya satu inti megaspora yang berfungsi. Pada tipe normal, inti sel megaspora yang berfungsi di dalam kantong embrio membelah secara mitosis tiga kali berturut-turut menghasilkan delapan inti, yang akan terdiferensiasi menjadi sel sentral yang besar dengan dua inti kutub, di bagian mikropil dua sel sinergid dan satu sel telur serta di bagian kalaza tiga sel antipoda. Berdasarkan jumlah inti megaspora yang berfungsi, gametofit betina dapat bertipe monosporik, bisporik atau tetrasporik.

Integumen,.Sayatan bakal biji suatu sporofit memperlihatkan nusellus, megasporangium berdaging, yang dikelilingi oleh suatu lapisan jaringan pelindung yang disebut integumen.

Nusselus
Nuselus adalah jaringan yang menyelubungi kandung lembaga, Nuselus merupakan dinding megasporongium. Setiap ovulum hanya mempunyai satu lpisan nuselus. Yang mempunyai dua lapisan nuselus antara lain adalah Aegle marmelos dan Hydrocleis nymphoides. Pada awal terbentuknya calon ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu, terdiri atas sel-sel yang homogen, diselubungi oleh epidermis. Di bawah lapisan epidermis nuselus terdapat sekelompok sel-sel arkesporium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar