Laman

Rabu, 26 September 2012

PEWARISAN GEN MAJEMUK, PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN SEX INFLUECE GENES


A.             Pewarisan Gen Majemuk (Poligen)
Gen adalah rantai DNA panjang yang terdiri dari banyak pasangan nukleotida. Rangkaian nukleotida dalam DNA inilah yang membawa informasi yang terkandung dalam sebuah gen. Perubahan apapun dalam rangkaian nukleotida dalam sebuah gen dapat menghasilkan alel-alel baru, sehingga sebuah gen memiliki potensi untuk memiliki jutaan alel yang berbeda. Alel adalah gen yang menjadi anggota dari sepasang gen yang sama.
Masing-masing alel memiliki pengaruh terhadap suatu karakter khusus yang berbeda dengan alel yang lain. Organisme diploid memiliki pasangan-pasangan gen yang masing- masing terdiri dari 2 alel. Pada pewarisan sifat, kita dapat menemukan adanya variasi sifat yang diturunkan. Hal ini disebabkan oleh gen ganda (multiple gen / poligen). Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan. Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen tersebut pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) oleh J. Kolreuter (1760).
Suatu sifat dikendalikan oleh sepasang alel pada satu lokus gen atau dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda. Contoh fenotip pada manusia yang dikendalikan secara poligenik adalah pigmentasi kulit, tinggi badan, dan jumlah gigi dermal. Contoh poligen pada tumbuhan adalah warna biji pada tanaman gandum, panjang bunga tembakau serta berat buah tomat. Saat menyilangkan dengan dua sifat beda, keturunan yang didapat pada F1 adalah intermediet, sedangkan F2 terdapat banyak variasi antara kedua  induknya. Sifat keturunan terlihat berderajat berdasarkan intensitas dari ekspresi sifat itu.

B.             Penentuan Golongan Darah
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan 4,5 liter untuk perempuan.
Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan natrium sitratat aunatrium oksalat, karena garam–garam ini menyingkirkan ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah (Abbas, 1997).
Golongan darah menurut system ABO, pada permulaan abad ini K. Landsteiner (1900) menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang terjadi apabila sel darah merah seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan yaitu A, B, dan O. Golongan keempat yang jarang ditemui yaitu golongan darah AB telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner yaitu A. V. Von Decastelo dan A. Sturli pada tahun 1902. Golongan darah menurut system MNSs, dalam tahun 1972 K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru yang disebut antigen-M dan antigen-N. Dikatakan bahwa sel darah merah seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut. Golongan darah menurut sistem Rh, K. Landsteiner dan A. S. Wiener pada tahun 1940 menemukan antigen baru lagi yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan darah orang). Golongan darah dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah Rh positif (Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam eritrositnya sehingga waktu darahnya dites dengan anti serum yang mengandung anti Rh maka eritrositnya menggumpal, golongan darah Rh negatif (Rh-) ialah orang yang tidak memiliki antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga eritrositnya tidak menggumpal pada waktu dites (Suryo, 2001).
Tabel 2.1.1 Sistem Golongan Darah ABO
Golongan Darah
Antigen dalam Eritrosit
Zat Anti Serum/ Plasma Darah
Fenotip
Genotip


O
Ii
-
Anti A dan anti B
A
IAIA atau IA i
A
Anti B
B
IBIB atau IB i
B
Anti A
AB
IAIB
AB
-

Bila antigen α bertemudengan anti A dalam darah seseorang maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal ini golongan darah penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih dahulu golongan darahnya (Kimball, 1990).
Menurut sistem A, B, O, ada 4 macam golongan darah, berdasarkan macam aglutinogennya. Keempat golongan darah itu ditentukan oleh 3 macam alela yang diberi simbol I ( isoaglutinogen): gen IA pembentuk aglutinogen A, gen IB pembentuk aglutinogen B, gen IO yang tidak dapat membentuk aglutinogen (Foster, 2002).
C.            Gen-gen yang Dipengaruhi Jenis Kelamin (Sex Influence Genes)
Terdapat pewarisan sifat yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dominansi gen yang mewariskan sifat tertentu tergantung jenis kelamin. Pada manusia,sifat-sifat yang dipengaruhi oleh jenis kelamin ini contohnya kepala botak dan penjang jari telunjuk.
Kepala botak umumnya ditemukan pada laki-laki. Kepala botak akan nampak ketika sudah berumur sekitar 30 tahun. Gen yang menentukan kepala botak adalah B sedangkan b merupakan alelnya yang menentukan kepala berambut normal. Gen B dominan pada laki-laki namun resesif pada perempuan. Berikut ini tabel genotip dan fenotip kepala botak pada laki-laki dan perempuan.

Tabel 2. Genotip dan Fenotip Kepala Botak pada Laki-laki dan Perempuan
Genotip
Fenotip
Laki-laki
Perempuan
BB
Botak
Botak
Bb
Botak
Tidak botak
bb
Tidak botak
Tidak botak

Selain kepala botak, pewarisan sifat panjang jari telunjuk juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Jika kita meletakkan tangan diatas kertas yang telah diberi garis, sehingga ujung jari manis kita menyentuh garis tersebut, maka akan diketahui apakah jari telunjuk kita lebih pendek atau lebih panjang dari jari manis. Umumnya kita memiliki jari telunjuk yang lebih pendek dari jari manis. Sama halnya dengan gen kepala botak, sifat jari telunjuk pendek pada laki-laki disebabkan oleh gen dominan, sedangkan pada perempuan disebabkan oleh gen resesif. Beikut ini tabel genotip dan fenotip jari telunjuk pendek pada laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. Genotip dan Fenotip Jari Telunjuk Pendek pada Laki-laki dan Perempuan.
Genotip
Fenotip
Laki-laki
Perempuan
TT
Telunjuk pendek
Telunjuk pendek
Tt
Telunjuk pendek
Telunjuk panjang
tt
Telunjuk panjang
Telunjuk panjang



 
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. 1997. Biologi. Jakarta : Yudistira.
Foster, B. 2002. Buku Pelajaran Siap SPMB IPA. Bandung: Ganesha Operation.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
Koesmadji, et al. 2012. Pedoman Praktikum Genetika. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.
Campbell, et al. 2002.Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 2008. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar