A.
Pewarisan Gen Majemuk (Poligen)
Gen adalah rantai
DNA panjang yang terdiri dari banyak pasangan nukleotida. Rangkaian nukleotida dalam
DNA inilah yang membawa informasi yang terkandung dalam sebuah gen. Perubahan apapun
dalam rangkaian nukleotida dalam sebuah gen dapat menghasilkan alel-alel baru,
sehingga sebuah gen memiliki potensi untuk memiliki jutaan alel yang berbeda.
Alel adalah gen yang menjadi anggota dari sepasang gen yang sama.
Masing-masing alel
memiliki pengaruh terhadap suatu karakter khusus yang berbeda dengan alel yang
lain. Organisme diploid memiliki pasangan-pasangan gen yang masing- masing terdiri
dari 2 alel. Pada pewarisan sifat,
kita dapat menemukan adanya variasi sifat yang diturunkan. Hal ini disebabkan
oleh gen ganda (multiple gen / poligen). Poligen merupakan suatu seri gen ganda
yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat
dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang
sama atau berlainan. Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen tersebut
pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) oleh J. Kolreuter (1760).
Suatu sifat dikendalikan
oleh sepasang alel pada satu lokus gen atau dikendalikan oleh lebih dari satu
gen pada lokus yang berbeda. Contoh fenotip pada manusia yang dikendalikan secara
poligenik adalah pigmentasi kulit, tinggi badan, dan jumlah gigi dermal. Contoh poligen pada tumbuhan adalah warna
biji pada tanaman gandum, panjang bunga tembakau serta berat buah tomat. Saat
menyilangkan dengan dua sifat beda, keturunan yang didapat pada F1 adalah
intermediet, sedangkan F2 terdapat banyak variasi antara kedua induknya. Sifat keturunan terlihat berderajat
berdasarkan intensitas dari ekspresi sifat itu.
B.
Penentuan Golongan
Darah
Darah adalah cairan
yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ±
7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan 4,5 liter untuk perempuan.
Penyimpanan darah dapat
dilakukan dengan memberikan natrium sitratat aunatrium oksalat, karena garam–garam
ini menyingkirkan ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses
pembekuan darah (Abbas, 1997).
Golongan darah menurut system ABO, pada permulaan
abad ini K. Landsteiner (1900) menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang
terjadi apabila sel darah merah seseorang dicampur dengan serum darah orang
lain. Akan tetapi pada orang lain campuran tadi tidak mengakibatkan
penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi maka Landsteiner membagi orang
menjadi tiga golongan yaitu A, B, dan O. Golongan keempat yang jarang ditemui
yaitu golongan darah AB telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner
yaitu A. V. Von Decastelo dan A. Sturli pada tahun 1902. Golongan darah menurut
system MNSs, dalam tahun 1972 K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen
baru yang disebut antigen-M dan antigen-N. Dikatakan bahwa sel darah merah
seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut. Golongan
darah menurut sistem Rh, K. Landsteiner dan A. S. Wiener pada tahun 1940
menemukan antigen baru lagi yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata
Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan
darah orang). Golongan darah dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah
Rh positif (Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam
eritrositnya sehingga waktu darahnya dites dengan anti serum yang mengandung
anti Rh maka eritrositnya menggumpal, golongan darah Rh negatif (Rh-)
ialah orang yang tidak memiliki antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga
eritrositnya tidak menggumpal pada waktu dites (Suryo, 2001).
Tabel 2.1.1
Sistem Golongan Darah ABO
Golongan Darah
|
Antigen dalam Eritrosit
|
Zat Anti Serum/ Plasma Darah
|
|
Fenotip
|
Genotip
|
|
|
O
|
Ii
|
-
|
Anti
A dan anti B
|
A
|
IAIA
atau IA i
|
A
|
Anti
B
|
B
|
IBIB
atau IB i
|
B
|
Anti
A
|
AB
|
IAIB
|
AB
|
-
|
Bila
antigen α bertemudengan anti A dalam darah seseorang maka akan terjadi penggumpalan
darah dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal ini golongan darah penting sekali untuk diperhatikan,
terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan sampai terjadi
penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si pemberi
(donor) maupun si penerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih
dahulu golongan darahnya (Kimball, 1990).
Menurut sistem A, B, O, ada 4 macam
golongan darah, berdasarkan macam aglutinogennya. Keempat golongan darah itu
ditentukan oleh 3 macam alela yang diberi simbol I ( isoaglutinogen): gen IA
pembentuk aglutinogen A, gen IB pembentuk aglutinogen B, gen IO
yang tidak dapat membentuk aglutinogen (Foster, 2002).
C.
Gen-gen yang
Dipengaruhi Jenis Kelamin (Sex Influence Genes)
Terdapat pewarisan sifat yang dipengaruhi
oleh jenis kelamin. Dominansi
gen yang mewariskan sifat tertentu tergantung jenis kelamin. Pada
manusia,sifat-sifat yang dipengaruhi oleh jenis kelamin ini contohnya kepala
botak dan penjang jari telunjuk.
Kepala botak umumnya ditemukan pada
laki-laki. Kepala botak akan nampak ketika sudah berumur sekitar 30 tahun. Gen
yang menentukan kepala botak adalah B sedangkan b merupakan alelnya yang
menentukan kepala berambut normal. Gen B dominan pada laki-laki namun resesif
pada perempuan. Berikut ini tabel genotip dan fenotip kepala botak pada
laki-laki dan perempuan.
Tabel 2. Genotip dan Fenotip Kepala Botak
pada Laki-laki dan Perempuan
Genotip
|
Fenotip
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
BB
|
Botak
|
Botak
|
Bb
|
Botak
|
Tidak botak
|
bb
|
Tidak botak
|
Tidak botak
|
Selain
kepala botak, pewarisan sifat panjang jari telunjuk juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Jika kita meletakkan tangan diatas kertas yang telah diberi garis,
sehingga ujung jari manis kita menyentuh garis tersebut, maka akan diketahui
apakah jari telunjuk kita lebih pendek atau lebih panjang dari jari manis.
Umumnya kita memiliki jari telunjuk yang lebih pendek dari jari manis. Sama
halnya dengan gen kepala botak, sifat jari telunjuk pendek pada laki-laki
disebabkan oleh gen dominan, sedangkan pada perempuan disebabkan oleh gen
resesif. Beikut ini tabel genotip dan fenotip jari telunjuk pendek pada
laki-laki dan perempuan.
Tabel 3. Genotip dan Fenotip
Jari Telunjuk Pendek pada Laki-laki dan Perempuan.
Genotip
|
Fenotip
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
TT
|
Telunjuk pendek
|
Telunjuk pendek
|
Tt
|
Telunjuk pendek
|
Telunjuk panjang
|
tt
|
Telunjuk panjang
|
Telunjuk panjang
|
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, M. 1997. Biologi. Jakarta : Yudistira.
Foster, B. 2002. Buku Pelajaran Siap SPMB IPA. Bandung: Ganesha
Operation.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
Koesmadji,
et al. 2012. Pedoman Praktikum Genetika. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI
Bandung.
Suryo. 2008. Genetika.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar